Softskill (Penerjemahan Berbantuan Komputer) – Tugas 1

No.

SOURCE LANGUAGE MT TARGET LANGUAGE

1.

 

CHILDHOOD DEPRESSION

 

 

DEPRESI ANAK

 

DEPRESI PADA ANAK

2. “Nobody likes me” is a common complaint in middle childhood, when children tend to be popularity-conscious.  

“Tidak ada yang suka me” adalah keluhan umum di masa kecil menengah, ketika anak-anak cenderung popularitas sadar.

 

“Tak seorang pun menyukai saya” adalah sebuah keluhan umum di masa kanak-kanak menengah, ketika anak-anak cenderung sadar akan popularitas.
3. But when these words were addressed to a school principal by an 8-year-old boy in Florida whose classmates had accused him of stealing from the teacher’s purse, it was a danger signal.  

 

Tapi ketika kata-kata ini ditujukan kepada kepala sekolah oleh anak berusia 8 tahun di Florida yang teman-teman sekelasnya telah menuduhnya mencuri dari dompet guru, itu adalah sinyal bahaya.

 

Tetapi ketika kata-kata ini ditujukan kepada kepala sekolah oleh seorang anak laki-laki berusia 8 tahun di Florida yang mana teman sekelasnya telah menuduhnya mencuri dompet sang guru, itu merupakan tanda bahaya.
4. The boy vowed that he would never return to school- and he never did.  

 

Anak itu bersumpah bahwa ia tidak akan pernah kembali ke sekolah- dan dia tidak pernah melakukannya.

 

Anak itu bersumpah, bahwa ia tidak akan pernah kembali ke sekolah- dan benar ia tidak pernah kembali lagi.
5. Two days later, he hanged himself by a belt from the top rail of his bunk bed.  

Dua hari kemudian, ia gantung diri oleh sabuk dari rel atas tempat tidurnya.

 

Dua hari kemudian, ia menggantung diri menggunakan sabuk di bagian atas dari tempat tidurnya.
6. Fortunately, depressed children rarely go to such length, though suicide among young people is on the increase.  

Untungnya, anak-anak tertekan jarang pergi ke panjang tersebut, meskipun bunuh diri di kalangan anak muda ini terus meningkat.

 

Untungnya, anak-anak yang mengalami depresi jarang sampai sejauh itu, walaupun bunuh diri di kalangan anak muda meningkat.
7. How can we tell the difference between a harmless period of the “blues” (which we all experience at times) and a major affective disorder-that is a disorder of mood? The basic symptoms of an affective disorder are similar from childhood through adulthood, but some features are age-specific (DSM III-R,1987).  

 

Bagaimana kita bisa membedakan antara periode berbahaya dari “blues” (yang kita semua pengalaman di kali) dan gangguan-yang afektif utama adalah gangguan mood? Gejala-gejala dasar dari sebuah gangguan afektif yang sama dari masa kanak-kanak sampai dewasa, namun beberapa fitur yang spesifik umur (DSM III-R, 1987).

 

Bagaimana kita dapat membedakan antara masa yang tak berbahaya dari “perasaan sedih” (yang sering kita alami) dan sebuah gangguan afektif utama- yang merupakan gangguan keadaan jiwa? Gejala dasar dari sebuah gangguan afektif serupa dari masa kanak-kanak hingga dewasa, namun ada beberapa di usia tertentu (DSM III-R,1987).
8. Friendlessness is only one sign of childhood depression.  

Friendlessness hanya satu tanda depresi anak.

 

 

Tak berteman adalah satu-satunya pertanda dari depresi pada anak.

 

9. This disorder is also characterized by inability to have fun or to concentrate, and by an absence of normal emotional reactions.  

 

Gangguan ini juga ditandai dengan ketidakmampuan untuk bersenang-senang atau untuk berkonsentrasi, dan dengan tidak adanya reaksi emosional yang normal.

 

Gangguan ini juga ditandai oleh ketidakmampuan untuk bersenang-senang atau berkonsentrasi, dan tidak adanya reaksi emosional yang normal.
10. Depressed children are frequently tired, extremely active, or inactive.  

Anak yang mengalami depresi sering lelah, sangat aktif, atau tidak aktif.

 

Anak-anak yang mengalami depresi sering kali merasa lelah, sangat aktif, atau lamban.
11. They walk very little, cry a great deal, have trouble concentrating, sleep too much or too little, lose their appetite, start doing poorly in school, look unhappy, complain of physical ailments, feel overwhelmingly guilty, suffer severe separation anxiety (which may take the form of school phobia), or think often about death or suicide.  

 

 

Mereka berjalan sangat sedikit, menangis banyak, sulit berkonsentrasi, tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit, kehilangan nafsu makan, mulai melakukan buruk di sekolah, terlihat bahagia, mengeluhkan penyakit fisik, merasa sangat bersalah, menderita kecemasan pemisahan parah (yang mungkin mengambil bentuk fobia sekolah), atau sering berpikir tentang kematian atau bunuh diri.

 

Mereka berjalan sangat lamban, banyak menangis, kesulitan dalam berkonsentrasi, tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit, kehilangan nafsu makan, mulai melakukan hal buruk di sekolah, terlihat sedih/tidak bahagia, merintih sakit pada badan, merasa sangat bersalah, cemas akan perpisahan (yang mungkin merupakan suatu bentuk dari phobia sekolah), atau sering berpikir tentang kematian atau bunuh diri.
12. Any four or five of these symptoms may support a diagnosis of depression, especially when they represent a marked change from the child’s usual pattern.  

 

Setiap empat atau lima dari gejala-gejala ini dapat mendukung diagnosis depresi, terutama ketika mereka mewakili perubahan yang nyata dari pola yang biasa anak.

 

Ada empat atau lima dari gejala-gejala ini yang mungkin mendukung diagnosis depresi, terutama saat mereka mencerminkan perubahan yang nyata dari tingkah laku anak pada umumnya.
13. Parents do not always recognize “minor” problems like sleep disturbances, loss of appetite, and irritability as signs of depression, but children themselves are often able to describe how they feel.  

Orang tua tidak selalu mengenali “kecil” masalah seperti gangguan tidur, kehilangan nafsu makan, dan mudah tersinggung sebagai tanda-tanda depresi, tetapi anak-anak sendiri sering dapat menjelaskan bagaimana mereka merasa.

Orang tua tidak selalu menyadari masalah-masalah “kecil” seperti gangguan tidur, nafsu makan berkurang, dan cepat marah sebagai tanda-tanda depresi, tetapi anak-anak mereka sendiri yang seringkali mengutarakan apa yang mereka rasakan.
14. No one is sure of the exact cause of depression in children or adults.  

Tidak ada yang yakin penyebab pasti depresi pada anak-anak atau orang dewasa.

 

Tak seorang pun yakin akan penyebab pasti dari depresi pada anak-anak atau orang dewasa.
15. There is some evidence for a biochemical predisposition, which may be triggered by specific experiences.  

Ada beberapa bukti untuk kecenderungan biokimia, yang dapat dipicu oleh pengalaman tertentu.

 

Ada beberapa bukti untuk kecenderungan biokimia, yang dapat dipicu oleh pengalaman tertentu.
16. Depression school-age-children are children likely to lack social and academic competence, but it is not clear whether incompetence causes depression or vice versa.  

Depresi usia sekolah-anak adalah anak-anak cenderung kurang kompetensi sosial dan akademik, tetapi tidak jelas apakah ketidakmampuan menyebabkan depresi atau sebaliknya.

 

Depresi anak-anak pada masa sekolah, anak cenderung kurang  berkemampuan dalam bersosial dan kemampuan dalam bidang akademis, tetapi tidak jelas apakah ketidakmampuan menyebabkan depresi atau sebaliknya.
17. The parents of depressed children are more likely to be depressed themselves, suggesting a possible genetic factor, a reflection of general stress in ill families, or the result of poor parenting practices by disturbed parents.  

 

Orang tua dari anak yang mengalami depresi lebih mungkin mengalami depresi sendiri, menunjukkan faktor yang mungkin genetik, merupakan cerminan dari stres umum dalam keluarga yang sakit, atau hasil dari praktik orangtua miskin oleh orang tua terganggu.

 

Orang tua dari anak-anak yang mengalami depresi cenderung tertekan sendiri, menimbulkan kemungkinan faktor genetik, sebuah refleksi dari stress pada umumnya dalam keluarga yang buruk, atau hasil praktik dari asuhan yang buruk oleh orang tua yang bermasalah.

 

[Silvi Oktavianti Sompotan – 17612010 – 4Sa01]

 


Leave a comment